Friday, December 23, 2022

Kambing-kambing Bapakku

 Kambing-kambing Bapakku 

Teguh Setiawan 


Ini kisah tentang kambing-kambing bapakku. Kambing yang menyaksikan betapa lelahnya bapakku mencari makan untuk mereka. Kambing yang melihat makanan apa yang kami makan dan bagaimana kami mendapatkannya. Kambing yang menjadi penyebab terjadinya pertengkaran kecil yang berakibat pada pertengkaran besar hingga sulit dinalar. Seperti kejadian yang baru-baru ini terjadi. Seperti biasa, bapakku mengajak kambing-kambingnya yang berjumlah lebih dari sepuluh itu berjalan-jalan ke tanah lapang dengan rumput hijau terhampar. Kemudian bapakku mengikat kambing-kambing itu pada sebuah pathok yang ditanamnya kuat-kuat, agar mereka tidak kabur.

Namanya juga kambing, tanpa seizin bapakku, mereka mbelarah(1) ke rumah tetangga dan mengganyang habis nasi karak (2) yang dijemur di bawah sinar mentari yang sedang hangat-hangatnya di pelataran rumah tetanggaku itu. Tidak pelak jeritan demi jeritan pun menggelegar bak petir yang menyambar di siang bolong. “Ya Allah, wedhuse sopo iki?! Kurang ajiar! Karak sak latar entek resik!” (3) Pemilik karak pun mengumpat, kerena kambing-kambing bapakku yang masih polos dan lugu itu. Tanpa merasa bersalah, kambing-kambing bapakku itu justru langsung pergi begitu saja dengan mulut terus mengunyah karak tetanggaku itu. Mungkin ini yang membuat tetanggaku itu kian naik darah. Awalnya yang hanya umpatan, kini dia mengambil batu kerikil dan melemparkannya kepada kambing-kambing bapakku itu. Tidak berhenti di situ, setelah batu kerikil kurang memuaskan hatinya, ia mengambil batu bata yang cukup besar lalu berlari mengejar kambing-kambing bapakku dan melemparinya dengan batu. Naluriah kambing pun bekerja, mereka berlari zig-zag dan menghindari lemparan batu tetanggaku itu. 

Sebagai pemilik kambing yang baik, bapakku mencoba mendekengi (4) kambing-kambing itu dengan memberikan uang sebagai pengganti karak yang dimakan kambing-kambingnya. Namun apalah daya, sang pemilik karak sudah geram hatinya pada kambing-kambing bapakku, sehingga bukan kerelaan yang didapat, melainkan cacian, umpatan, hinaan yang diterima bapakku. Tidak hanya itu, uang yang tadinya akan diberikan sebagai permintaan maaf, dilempar ke wajah bapakku. Alhasil, bapakku marah-marah tidak jelas kepada kambing-kambingnya. Mereka diseret paksa oleh bapakku untuk dikandangkan. Lalu, sabetan demi sabetan mengarah ke tubuh mereka. Mbeeek! Mbeeek! Mbeek! Teriakan kambing-kambing bapakku itu terdengar menyayat hati. Suara mereka parau meminta tolong. Tapi apa mau dikata, memang mereka bersalah dan harus dihukum supaya tidak mereka ulangi di masa yang akan datang. Beruntung, meski bapakku begitu marah kepada mereka, bapakku masih bersedia mencarikan mereka rumput untuk makan sehari-hari. Mungkin itu pula yang membuat kambing-kambing bapakku begitu menyayangi bapakku. Kadang mereka ikhlas dan rela hati, saat anak-anak mereka diambil dan dijual untuk ditukarkan dengan beras atau minyak. Anggap saja itu sebagai balas budi kepada bapakku, karena sudah memberi mereka makan dan tempat tidur. 

Aku juga masih ingat, ketika kambing-kambing bapakku itu menjadi penyebab fitnah luar biasa. Memang dasar rakus kambing-kambing bapakku itu, bahkan setelah diberi rumput berkarung-karung tidak pernah mereka merasa puas. Mulut mereka tidak pernah berhenti mengunyah kendati tidak ada makanan di mulutnya. Belakangan bapakku mengerti, bahwa kebiasaan itu karena mereka adalah hewan memamah biak. Saat sawah yang disewa bapakku panen singkong, produksi singkong di rumah membeludak. Sebagian dijual per kilo, sebagian dibuat keripik, opak, atau makanan lain. Hasil olahan itu menyisakan sampah kulit singkong. Tidak mau menyisakan sampah, kulit-kulit itu dimasukkan ke dalam tempat makanan kambing-kambing bapakku. Dan tidak butuh waktu lama bagi kambing-kambing rakus bapakku itu untuk melahap habis limbah kulit singkong yang terus bertambah. Selang kurang dari satu jam, kambing-kambing bapakku itu tiba-tiba tumbang satu demi satu. Perutnya mual, kepalanya pening tujuh keliling, seakan dunia berputar-putar di kepalanya, lalu limbung. Mereka semua lunglai. Kakinya tidak mampu menahan beban tubuhnya sendiri. Segera mereka dipaksa meminum minyak goreng dan air kelapa  agar racun dari kulit singkong itu segera keluar dari tubuh mereka. Bahkan dalam kondisi setengah sadar, mereka dipaksa menyaksikan saudara-saudaranya digorok lehernya dengan sadis dan membabi buta. Padahal jelas-jelas mereka adalah kambing, bukan babi. Jadilah malam itu bapakku pesta daging kambing dan membuka pasar daging murah tanpa rencana. Tentu saja para pedagang sate, gule, hinggga penikmat kambing rumahan senang dengan pasar daging kambing murah ini, karena harganya memang jauh di pasaran. Karena bapakku tidak tahu harus menjual ke mana daging kambing sebanyak itu. Sebagian daging kambing bapakku itu dibagikan secara gratis kepada para tetangga yang jarang memakan daging. Namun apalah jadinya jika pesta daging kambing tanpa planning ini dianggap sebagai ritual mencari tumbal pesugihan, sehingga kambing-kambing tanpa dosa difitnah sedemikian rupa. Alhasil, mereka semua yang selamat dari peristiwa keracunan masal itu menyaksikan sendiri daging saudara-saudaranya itu dibuang di sungai dan tempat sampah begitu saja karena takut dijadikan tumbal dan mati mengenaskan seperti saudara kambing-kambing bapakku itu. 

“Eh, daging sampean wingi sampean masak, a?”(5) 

“Ora, Mbak Yu. Tabuak. Wedhi aku. Engkok beke luruh matek koyo wedhuse iku.”(6) 

“Iyo, aku yo tabuak nang kali. Moso gak nok angin gak nok udan moro-moro dum-dum daging. Opo maneh nek gak ndolek tumbal?”(7) 

Begitu kira-kira guneman (8) yang didengar kambing-kambing bapakku itu di kandang belakang. Kambing-kambing bapakku merasa bersalah. Karena kerakusannya, mereka keracunan dan kematiannya menjadi fitnah luar biasa yang terus merebak bak virus flu burung yang membuat para burung, ayam, bebek menjadi tersangka atas kematian orang-orang yang memakannya. Padahal jelas, mereka yang menjadi korban dan dibunuh lebih dahulu. Untunglah beberapa kambing bapakku yang selamat tetap setia dengan bapakku. Mereka bersyukur terselamatkan dari keracunan itu dan berjanji membantu bapakku menjadi tunggangan bapakku di akhirat kelak. 


catatan kaki

1.Lari 

2. Nasi sisa yang dikeringkan di bawah sinar matahari

3. Ya Allah, kambingnya siapa ini? Kurang ajar! Nasi kering sehalaman habis bersih!

4. Back up, melindungi, Bertanggung jawab

5. Eh, daging kamu kemarin kamu masak kah?

6. Tidak, Mbak Yu. Aku buang. Takut aku. Khawatir mati seperti kambingnya itu.

7. Iya, aku juga aku buang ke kali. Masa tidak ada ngin tidak ada hujan tiba-tiba bagi-bagi daging. Apa lagi kalau bukan mencari tumbal? 

8. gunjingan


Tuesday, December 20, 2022

Tentang Mbok Rampi

 Mbok Rampi

Teguh Setiwan


Purnama sengaja menjatuhkan sinarnya hingga pecah di bumi. Pantulannya berpendar menyeka tiap sela-sela sudut gelap kampung ini. Suara geriak anak-anak kecil, laki-laki dan perempuan, bermain petak umpet di halaman. Semilir angin berbisik dan mendendangkan lagu-lagu dolanan di tengah siraman cahaya surga. Lengkap sudah keceriaan malam itu. Malam laksana siang, sunyi berubah riuh celoteh anak-anak di halaman rumah nan luas. Sungguh malam yang sangat indah seakan tak ada malam yang lebih indah dari malam purnama itu.

Sayang seribu sayang keceriaan malam purnama itu tak mampu menembus dinding gelisah hati Mbok Rampi. Pikirannya kalut, hatinya semrawut, kepalanya pun cenat cenut. Hari ini hari Jumat, tetapi bukan karena hari Jumat adalah hari yang sakral kata orang, hari di mana setan-setan bergentayangan mencari teman bermain. Bukan. Sama sekali bukan itu yang membuat hati Mbok Rampi didera gundah gulana. Adalah anaknya yang menuntun ilmu di kota akan pulang besok. Itu artinya Mbok Rampi harus menyiapkan sejumlah uang untuk bekal anaknya merantau kembali ke kota.

Mbok Rampi, perempuan tengah baya beranak tujuh. Tiga anak perempuannya telah menikah dan ikut suaminya. Dua anak laki-lakinya kerja serabutan dengan gaji yang tak tentu. Anak laki-lakinya yang paling kecil ngotot ingin kuliah seperti teman-temannya. Sementara si bungsu yang paling cantik masih SMP kelas 2. Suaminya tak punya pekerjaan. Hanya kambing-kambing di belakang rumah yang ia rawat sepenuh hati sebab mereka menjadi tumpuan ketika kebutuhan hidup menghimpit dan mencekik leher keluarga Mbok Rampi. Mbok Rampi sendiri hanyalah pedagang keliling di kampungnya. Apapun ia jual. Pagi ia menjual gorengan: pisang goreng, singkong goreng, ote-ote, tahu goreng, samiler, hingga onde-onde. Semua ia buat sendiri. Mungkin Mbok Rampi telah menghitung bahwa jualan yang dibuat sendiri akan memberikan untung lebih banyak. 

Kadang di sore hari Mbok Rampi masih memaksakan tubuh ringkihnya keliling kampung sekali lagi manjual pakaian. Tak jarang pelanggan Mbok Rampi membelinya secara kredit. Bagi Mbok Rampi itu tak masalah, selama ia masih bisa memutar uangnya untuk membeli dagangan lagi.

***


Halah, Yuk Jum, ndak mungkin si Bagus, anaknya Mbok Rampi, itu kuliah di kota. Paling-paling kerja di sana jadi sales masuk kampung keluar kampung. Lihat saja kalau dia pulang badannya makin kurus dan hitam.”

Ngawur aja kamu Tik, tau darimana kamu kalau dia di kota jadi sales? Memangnya jadi sales apa?” Juminten memastikan.

Meneketehe. Sales panci mungkin … atau sales bak cuci? Kayak mas-mas yang biasa keliling di kampung kita, yang jalan sambil nabuh-nabuh baknya, katanya kuat anti pecah eh, dipakai satu bulan udah bocor ke mana-mana hahaha…”

“lagian nih ya Yuk Jum, Tik,” Atun mulai menimpali, “aku, yang suamiku karyawan tetap pabrik aja ndak kuat mikir biaya kuliah. Belum pendaftarannya, buku-bukunya, uang saku, uang kos, spp-nya pokoknya ndak kuat deh. Apalagi Mbok Rampi yang suaminya pengangguran ndak mungkin….kalau orang bilang MUSTAHIL.”

“Ya bisa aja to Tun, tiap malam purnama kan si Darso, suaminya Mbok Rampi, itu dapat duit banyak. Hasil nyeleng alias ngepet.”

“haa…haaa…haaa…”

Gelak tawa mereka membangunkan pagi yang masih asyik berselimut embun. Hari mulai membuka matanya menampakkan semburat merah di ujung timur. Ibu-ibu mulai bekumpul dan semakin ramai mendatangi kios “Ijo Royo-royo” tempat orang-orang kampung berbelanja keperluan memasak.

***


Sabtu, 16 Juni. Mbok Rampi bersama beberapa anggota keluarga dan tetangga bertolak dari kampung menuju kota. Mobil sewaan hasil menjual kambing Pak Darso cukup nyaman ditumpangi. Meski udara menyengat di luar, tetap terasa dingin AC di dalam mobil. Tutik, Atun, dan Jum pun ikut dalam rombongan keluarga Mbok Rampi.

“Si Bagus beneran sudah jadi sarjana Mbok?” tanya Tutik menyelidik.

Alhamdulilah, Dik, Bagus anaknya rajin dan ndak macem-macem jadi bisa lulus tepat waktu,” Mbok Rampi menjelaskan bangga.

“Kuliah tiga tahun setengah bisa jadi sarjana ya mbok? Lha anaknya Haji Romli itu kuliah apa namanya? kalau aku hitung-hitung ada mungkin 6 tahun kuliah. Sampai sekarang masih belum sarjana tuh.” Tutik menyelidik seolah tak percaya dan memang tak pernah percaya anak Mbok Rampi kuliah di kota. Mbok Rampi hanya tersenyum menanggapinya.

Gedung itu penuh sesak, wisudawan dan para orang tua memenuhi gedung yang menjadi saksi anak Mbok Rampi diwisuda. Sementara di luar mobil-mobil berjajar tak beraturan. Para rombongan dan keluarga tak sabar menunggu di tengah terik. Penjual bunga dan souvenir berkeliling mengedarkan dagangannya, para fotografer pun menawarkan jasanya untuk mengabadikan momen yang mungkin hanya sekali seumur hidup itu. Begitu riuh, ramai, dan sesak. Lalu lalang keluarga, kerabat, sahabat mencari di mana gerangan kawanannya berkumpul. Hingga tiba Mbok Rampi, Pak Darso, dan Bagus keluar dengan menggunakan baju toga lengkap dengan topi dan gulungan kertas yang digulung rapi. Senyum Mbok Rampi begitu lebar, matanya terlihat basah bangga sekaligus haru teringat perjuangannya selama ini.

“Halah, Yuk Jum, Tun ini paling ya settingannya Mbok Rampi saja. Ya kan?” Tutik masih tak percaya.

Juminten dan Atun mengiyakan bersama-sama, tetapi matanya tak berkedip melihat apa yang di hadapaannya. Mereka turut bangga ada sarjana di kampung mereka.

Segenggam Doa Mbok Rampi

 Segenggam Doa Mbok Rampi


Teguh Setiawan

Hujan masih belum mau berhenti, bahkan setelah 30 menit Mbok Rampi menunggunya di sebuah pos kamling yang atapnya bocor. Angin yang berembus membuat suhu semakin menusuk tulang tubuhnya yang kurus kering. Hujan pun kian deras dan menakutkan. Atap pos kamling yang terbuat dari seng sesekali tersibak oleh ributnya angin dan membuat suara berisik nan memilukan. “Jangan-jangan akan datang puting beliung dan menerbangkan pos kamling ini beserat isi di dalamnya.” Begitu ia membatin. Mungkin itu akan lebih baik daripada hidup seperti sekarang ini.

Mbok Rampi sendirian di dalam pos kamling itu. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan menghitung uang yang ia dapatkan setelah berjualan keliling 15 menit sebelum akhirnya hujan memaksanya berteduh. 2 lembar lima ribuan, 4 lembar dua ribuan, dan 2 keping koin lima ratusan.

“Ya, Allah… mbenjing anak kulo maem nopo?”

Tak terasa air mengalir dari ujung mata tuanya. Hatinya menghujat Tuhan.

Duh Gusti, njenengan niki mboten adil kalih kulo. Njenengan paring yugo kathah, nanging kok nggeh susah!”

Mbok Rampi, perempuan paruh baya dengan tujuh orang anak: empat perempuan dan tiga laki-laku. Dua anak perempuannya yang pertama telah menikah dan diajak suaminya merantau entah ke mana. Sementara anak laki-lakinya yang paling besar hanya lulusan SMP dan bekerja sebagai buruh serabutan. Dua anak laki-lakinya yang lain tengah sekolah di SMA swasta. Sementara satu anak perempuan terakhirnya duduk di bangku SD di dekat rumahnya.

Hatinya gundah, sebab sawah yang disewa suaminya terendam banjir setelah hujan dua hari dua malam seminggu yang lalu padahal hasil sawah sudah diangan-angan untuk bayar uang sekolah yang belum lunas hingga sekarang. Hujan masih menyisakan gerimis kecil-kecil, dikayuhnya sepeda reyot menembus gerimis untuk menjual dagangannya. Untungnya beberapa orang yang merasa iba memanggilnya dan membeli beberapa lento, tahu, dan ote-ote buatannya.

Adem-adem ngene iki enak nggerami, Mbok!”

Enggeh mas, monggo disekacaken.”

Banyak cerita yang ia dapatkan selama berdagang berkeliling kampung, tak hanya berita baik sebagian adalah berita duka, baik itu tentang tetangganya atau pun tentang dirinya sendiri. Termasuk tentang tetangga-tetangganya yang mencibirnya karena beranak banyak dan miskin sehingga tak ada waktu ngobrol (red-nggosip) bareng mereka. Namun, semua itu ia simpan sendiri, ia telan bagai pil pahit yang hanya ia sendiri yang tahu rasanya. Sebab ia sadar betul mencari uang untuk anak-anaknya jauh lebih penting daripada menggubris gosip yang beredar tentangnya. Bahwa berjualan adalah satu-satunya cara yang ia tahu untk menjaga dapurnya tetap mengepul.

Lepas azan maghrib ia baru tiba di rumah. Anak-anaknya tengah menyambutnya dengan perut lapar. Disandarkannya sepeda reyot yang selalu menemaninya itu pada tiang penyangga teras rumahnya. Tanpa dikomando, anak-anaknya membereskan keranjang, ronjot, bungkusan plastik, dan berbagai perabot yang ia cantolkan di sepedanya. Beruntung kalau masih ada sisa gorengan yang masih bisa anak-anaknya nikmati.

Sembari mengambil air wudlu, Mbok Rampi memanaskan air bakal kopi buat suaminya. Setelah melepas mukenahnya segera ia memasak untuk anak-anaknya. Tangan tuanya masih cukup cekatan untuk membuat sambal, bumbu masakan, menggoreng ikan, dan menyiapkan nasi. Bahkan, ia sanggup lakukan itu semua dalam sekali waktu. keadaan memaksanya untuk mengerjakan segala sesuatunya secara cepat dan cekatan. Sembari menonton sinetron kesukaannya tangannya tak berhenti mencetak keupuk singkong (red-opak) yang menjadi andalannya untuk bejualan. Kadang ketika tak ada singkong untuk dibuat opak, ia memutar otak dan beralih pada kacang goreng. Tiap malam ia akan menggoreng kacang yang ia beli di pasar. Sebelumnya, ia memanaskan air untuk dituang di atas kacang yang masih berbalut kulit arinya. Dalam kondisi masih hangat ia mengerahkan anak-anaknya untuk mengupas kulit ari dari kacangnya, barulah setelah itu ia goreng dan ia beri bumbu. Selanjutnya, ia masukkan dalam plastik panjang dan ia rekatkan ujungnya dengan api dari lilin. Maklum saja, Mbok Rampi tak mampu membli alat press yang harganya ratusan ribu itu. Bahkan, kalaupun punya listrik rumahnya barangkali tak akan mampu menahan tinggi dayanya.

Pukul 10 malam, mata tuanya tak sanggup menahan kantuk dan letihnya. Ia merebahkan badannya di depan TV beralaskan tikar tipis dan satu bantal sebagai penyangga kepalanya. Baginya itu cukup untuk meletakkan mimpinya; melihat anak-anaknya tumbuh dan berhasil dalam kehidupannya sebelum ayam tetangga membuyarkan mimpinya sesaat sebelum subuh berkumandang.

“Mbok Rampi Mbok Rampi, semoga Tuhan menggenggam setiap doamu dan segera melepaskannya untuk anak-anakmu.”

Monday, December 19, 2022

 


Semarak Kemerdekaan Republik Indonesia di SPK SMP Xin Zhong

Oleh: Teguh Setiawan

 

Tepat pukul 07.00 pada tanggal 17 Agustus 2022 seluruh warga Xin Zhong memadati lapangan atletik untuk mengikuti upacara bendera peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 77. Upacara berlangsung dengan penuh khidmat. Dengan mengangkat tema “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat,” Pembina upacara, Miss Amelia Budisantoso, mengajak seluruh warga Xin Zhong untuk pulih dari pandemi lebih cepat dan bangkit lebih kuat untuk terus belajar, bekerja, dan berprestasi lebih hebat dengan menghasilkan karya-karya yang luar biasa bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada tanggal 19 Agustus 2022 SPK SMP Xin Zhong yang digawangi oleh para pengurus OSIS menyemarakkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia dengan cara yang berbeda. Mereka mengonsep, merancang, dan melaksanakan program yang disiapkan untuk merayakan hari kemerdekaan negara tercinta mereka ini. Permainan-permainan tradisional Indonesia sudah pasti menjadi agenda yang wajib ada. Bukan hanya untuk memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak zaman sekarang, namun juga untuk menjaga kelestariannya agar tak hilang dimakan zaman.

Selain permainan tradisional seperti tarik tambang, balap karung, perang balon, paku dan botol, serta permainan tradisional lainnya, acara ini juga dimeriahkan dengan lomba dekorasi antarkelas, lomba cerdas cermat, hingga e-sport. Acara berlangsung sangat meriah dengan peran aktif seluruh siswa SPK SMP Xin Zhong. Jayalah negerikau, Majulah bangsaku. Merdeka!

Sunday, December 18, 2022

Pengertian Paragraf dan Jenis-jenis Paragraf

 

Pengertian Paragraf dan jenis-jenisnya berdasarkan letak kalimat utama

Hai, ketemu lagi dengan Gurugogo86.blogspot.com. Nah, kali ini saya akan berbagi materi tentang paragraf. Materi ini bisa kalian gunakan untuk lebih memahami materi tentang paragraf dan jenis-jenisnya. Tahukah kalian apa itu paragraf? Paragraf adalah bagian karangan yang mengandung satu ide pokok dan beberapa kalimat penjelas. Perlu diketahui bahwa paragraf bisa saja terdiri atas satu kalimat atau beberapa kalimat. Yang pasti satu paragraf hanya memiliki satu ide pokok. 
Lalu, di manakah kita menemukan ide pokok itu? Ide pokok bisa kita temukan dalam kalimat utama. Apa itu kalimat utama? Kalimat utama adalah kalimat yang menjadi pokok pembicaraan dalam paragraf. lalu, apa bedanya kalimat utama, gagasan utama, ide pokok, kalimat topik, dan pokok pikiran?
Pertanyaan bagus. kalimat utama disebut juga dengan kalimat topik dan penjelasannya seperti di atas. sementara ide pokok atau gagasan utama, atau pokok pikiran adalah hal yang sama. Ide pokok adalah inti dari kalimat utama. Jadi, untuk menentukan ide pokok atau gagasan utama kita harus mengetahui letak kalimat utamanya terlebih dahulu. Berikut adalah jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya

1) Paragraf Deduktif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya berada di awal paragraf.
contoh:
            Angga adalah anak yang rajin. Setiap pulang sekolah dia selalu mengerjakan PR. Pada waktu malam dia juga tak lupa belajar bersama adik-adiknya. Angga juga tak pernah telat datang ke sekolah. Tugas-tugas yang diberikan oleh guru juga selalu ia kerjakan tepat waktu.
2) Paragraf Induktif adalah paragraf yang letak kalimat utamana berda di bagian akhir paragraf.
             Besi jika terkena panas akan memuai. Tembaga bila terkena panas juga akan memuai. Begitu pula dengan timah, jika terkena panas pasti akan memuai. Jadi, semua jenis logam jika dipanaskan akan memuai.
3) Paragraf Campuran/Varitaif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya berada di awal dan dipertegas di bagian akhir paragraf. 
             Jolin adalah sahabat terbaikku. Dia selalu membuatku tersenyum dan bahagia. Ketika ada  masalah dia juga selalu paling depan membantuku. Dialah Jolin, teman terbaikku. 
4) Paragraf Naratif/Deskriptif adalah paragraf yang letak kalimat utamanya berada di seluruh bagian paragraf. 
            Pagi itu kami berjalan-jalan di depan komplek pertokoan. Saat melewati sebuah toko sepatu, kami melihat sepasang sepatu kaca yang dipajang di etalase. Kami pun kompak menunjuk dan berkata, "Cinderella." Bergegas kami masuk danit kami berebut sepatu kaca tersebut. Sayang, sepatu itu kekecilan untuk kami berdua. 

Nah, itulah sedikit ulasan mengenai paragraf dan jenis-jenisnya berdasarkan letak kalimat utamanya. di atas ada gambar yang biasa saya gunakan untuk menjelaskan ke murid-murid saya. Semoga bermanfaat. Jangan lupa dikomen yaaaaa.... terima kasih. 

Saturday, December 17, 2022

Contoh Soal Ulangan Harian Bahasa Indonesia kelas 7

 

I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Kegiatan tanya jawab antara dua pihak, pewawancara dan narasumber, untuk mendapatkan informasi disebut ….
A. Wartawan
B. Wawancara
C. Diskusi
D. Seminar

2. X = “Sampai hari ini Kak Fira sudah menulis berapa buku?”
Y = “Cukup banyak, lebih dari sepuluh buku.”
X = ___________________
Y = “Macam-macam, di antaranya Jendela-jendela, Pintu, Atap, Biru Rojok, Ms. B-Panggil Aku B, Brownies, dan Alamak.”
Pertanyaan yang tepat untuk mengisi wawancara yang rumpang di atas adalah ….
A. “Wah, kak Fira hebat. Sejak kapan kak Fira suka menulis buku?”
B. “Apa hobi Kak Fira?”
C. “Apa saja judulnya Kak?”
D. “Siapa yang menginspirasi Kak Fira untuk menjadi Penulis?”

3. Berikut adalah kita dalam melaksanakan wawancara dengan baik, kecuali ….
A. Mengajukan pertanyaan dengan sopan
B. Membuat janji terlebih dahulu dengan narasumber
C. Membuka wawancara dengan salam dan perkenalan diri
D. Berlagak sok pintar di depan narasumber

4. Ibu : Baju mana yang kamu inginkan July? Yang merah ______ yang putih?
July : Aku ingin dua-duanya ibu.
Konjungsi yang tepat untuk mengisi percakapan di atas adalah ….
A. Dan
B. Atau
C. Serta
D. Tetapi

5. Aku menyelesaikan program doctor (S3) di Jerman ketika usiaku baru mencapai 28 tahun.
Konjungsi yang bergaris bawah pada kalimat di atas adalah jenis konjungsi ….
A. Aditif
B. Temporal
C. Syarat
D. Pertentangan



6. Ayah tidak mengizinkan aku pergi.
Ayah mengkhawatirkan keselamatanku.
Dua kalimat di atas jika digabungkan dengan konjungsi akan menjadi ….
A. Ayahku tidak mengizinkan aku pergi karena mengkhawatirkan keselamatanku.
B. Ayahku tidak mengizinkan aku pergi sebab Ayah mengkhawatirkan keselamatanku.
C. Ayahku tidak mengizinkanku pergi tetapi ia mengkhawatirkan keselamatanku.
D. Ayahku tidak mengizinkanku pergi keitka ia mengkhawatirkan keselamatanku.

7. Cerita Malin Kundang bertema tentang ….
A. Moral
B. Ekonomi
C. Pendidikan
D. Pahlawan

8. Relevansi tema Malin Kundang dengan situasi sekarang adalah ….
A. Merupakan cerita dari Sumatera yang sangat bagus
B. Seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya dengan tulus dan ikhlas
C. Jangan sampai kita durhaka kepada orang tua
D. Janganlah mengaku sebagai orang tua hanya ketika anaknya sukses

9. Setiap pulang sekolah ia selalu kepanasan. Arti imbuhan ke-an pada kalimat diatas sama artinya pada kalimat ………….
A. Setiap orang mempunyai kepandaian yang tidak sama
B. Kemiringan menara Pisa semakin bertambah
C. Sepatu adik yang dibelikan ibu kebesaran
D. Karena belum adanya bantuan, para pengungsi itu kelaparan

10. Pohon-pohon di jalan raya tumbang oleh angin. Kata pohon-pohon termasuk kata ulang …
A. Sebagian
B. Utuh
C. Berubah bunyi
D. Semu

11. Berikut adalah kalimat yang menggunakan kata ulang sebagian
A. Ayah baru saja membeli mobil-mobilan untuk adik .
B. Ibu membeli sayur-mayur dan buah-buahan di pasar tradisional.
C. Leluhur kami adalah orang Tionghoa.
D. Kami bermain kejar-kejaran di tanah lapang.

12. Kedua orang itu berpandang-pandangan setelah kaduanya terjatuh.
Makna kata berpandang-pandangan di atas adalah ….
A. Menyerupai
B. Saling
C. Banyak
D. Tindakan dilakukan berulang-ulang

13. Anna : “halo, selamat pagi.”
Elsa : “selamat pagi. __________”
Anna : “ini dengan Anna, bisa berbicara dengan Elsa?”
Kalimat yang tepat untuk melengkapi percakapan di atas adalah ….
A. Ini dengan Anna ada yang bisa dibantu?
B. Dengan siapa ini?
C. Maaf Anda salah sambung.
D. Sebentar saya panggilkan.

14.  Kriiiing...
Guru : Halo, selamat pagi
Siswa : .....
Guru : Ya, saya sendiri. Ada apa?
Siswa : Saya Willy kelas VIIIB. Karena ayah dan ibu saya sakit, hari ini saya tidak masuk sekolah. Kalimat yang tepat untuk melengkapi dialog tersebut adalah...
A. Selamat pagi, bisakah saya bicara dengan Pak Surya?
B. Halo, siapa di situ? Saya ingin berbicara dengan Pak Surya.
C. Halo… kalau tudak keberatan saya ingin bicara dengan Pak Surya?
D. Selamat pagi, apakah Anda Pak Surya? Saya ingin bicara dengannya.

15. Bacalah kutipan berikut dengan seksama!
Menurut Umar Kayam, saat ia sekolah dasar ada keharusan untuk membaca dongeng - dongeng, dan ada pelajaran bercerita di depan kelas dalam bahasa Belanda. Diakuinya pendidikan Belanda memang baik, teratur, dan disiplin. Di kelas lima HIS, ia menguasai bahasa Belanda. Sehari-harinya, bersama orang tuanya ia berbicara dalam bahasa Jawa halus (kromo) campuran Belanda. Bahasa Melayu bukan bahasa sehari-hari. Ia les bahasa Melayu sore hari. Baru pada bmasa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia diwajibnkan sebagai bahasa pengantar. Meski kelak ditulisnya dalam novel Para Priyai bahwa masa pendudukan tentara Jepang sangat represif dan menyakitkan sekaligus mengerikan khususnya di bidang pelanggaran hak-hak asasi manusia secara semena-mena, menurutnya, salah satu tindakan pemerintah pendudukan Jepang yang dapat dinilai posotif adalah Jepang berjasa mengindonesiakan kita dalam waktu sekejap.
Keistimewaan tokoh berdasarkan biografi tersebut adalah…
A. Umar Kayam mampu membaca buku dongeng untuk diceritakan di depan kelas
B. Umar Kayam selalu menata kehidupannya dengan baik, teratur, dan disiplin
C. Umar Kayam sehari-hari berbicara dalam bahasa Jawa Kromo dan bahasa Belanda
D. Umar Kayam sebagai orang Jawa menguasai bahasa Belanda sejak kelas V HIS

16. Orang yang menjadi narasumber dalam sebuah wawancara biasanya adalah seorang…
A. ahli/pakar
B. biasa/orang awam
C. wisatawan asing
D. wisatawan domestik

17. Bacalah puisi di bawah ini!
Wahai sahabat
Untuk slamanya
Kita percaya
Tebarkan arah jangan pernah lelah
Untukmu sahabat
...
Tema puisi tersebut adalah ...
A. Persahabatan
B. Kelelahan
C. Perdamaian
D. Kepercayaan

18. Dalam membaca puisi hendaknya memerhatikan, kecuali ….
A. mimik
B. volume suara
C. irama
D. tipografi
19. Cintaku Jauh Di Pulau
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh !
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
mengapa ajal mememanggil dulu
sebelum sempat berpeluk dengan cintaku                         
                                                                                    Chairil Anwar

Suasana dalam puisi di atas adalah....
A. Sedih
B. Marah
C. Gembira
D. Kecewa

20. Makna perahu pada kutipan puisi tersebut adalah...
A. kehampaan    
B. kematian
C. kehidupan
D. kepercayaaan

II. Isilah titik-titik di bawah ini!

21. Kata yang menghubungkan dua klusa atau kalimat disebut ____________
22. Wawancara yang dilakukan tanpa adanya persiapan disebut _____________
23. Persamaan bunyi baik di awal, tengah, atau akhir pada puisi dinamakan ______________
24. Hal pertama yang kita ucapkan saat mengangkat telepon adalah ____________
25. Bermain-main, mobil-mobilan, dan berkejar-kejaran adalah contoh kata ulang _____________
26. Riwayat hidup seorang tokoh yang ditulis orang lain dinamakan ______________
27. Pesan moral yang ingin disampaikan pengarang dalam cerita anak disebut _____________
28. Tokoh yang memerankan watak baik disebut __________
29. Tubuhnya menggigil kedinginan sejak pulang dari sekolah.
Imbuhan ke-an pada kata yang bercetak tebal bermakna ____________
30. Saudara kembar itu ___________ pinang dibelah dua.
Konjungsi yang tepat untuk mengisi kalimat rumpang di atas adalah _____________

III. Uraikanlah
31. Bagaimana urutan (tata cara) bertelepon yang baik?
32. Buatlah kalimat dengan menggunakan konjungsi aditif, disjungtif, dan temporal!
33. Dalam setiap cerita (cerita anak) selalu terdapat amanat baik itu implisit maupun eksplisit. Jelaskan pengertian amanat yang bersifat implisit dan eksplisit tersebut!
34. sebutkan jenis-jenis kata ulang dan berilah masing-masing dua contoh!
35. Buatlah sebuah puisi bertema pengalaman pribadi dengan panjang minimal 8 baris!

Soal Latihan Kata Ulang, Kalimat Langsung, Kalimat Tak Langsung

 KATA ULANG DAN KALIMAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG


1. Istilah lain kata ulang adalah ….
A. reformasi
B. reduplikasi
C. reinformasi
D. rekonstruksi

2. Kata ulang dwilingga adalah …
A. kata yang mengalami pengulangan pada sebagian katanya.
B. Kata yang mengalami pengulangan dan mendapat imbuhan baik di awal atau di akhir.
C. Kata yang mengalami pengulangan secara penuh/keseluruhan.
D. Kata yang mengalami pengulangan dan terjadi perubahan fonemnnya.

3. Kata ulang dwipurwa terdapat pada kalimat ...
A. Ayahku berhari-hari dinas di Pulau Bali.
B. ”Perbanyaklah makan sayur-mayur agar tubuhmu sehat!” nasihat nenek.
C. Film-film bulan ini sangat bagus dan layak ditonton.
D. Tetangga di sekitar rumahku sangat baik kepadaku.

4. Kata yang berbentuk (seperti) kata ulang, tetapi tidak mengalami proses pengulangan disebut ....
A. kata ulang semu
B. kata ulang murni
C. kata ulang dwi purwa
D. kata ulang dwi lingga

5. Kata layang-layang, kolang-kaling, laba-laba, beri-beri merupakan contoh kata ulang ....
A. dwi lingga
B. semu
C. dwi purwa
D. berubah bunyi

6. Deretan kata di bawah ini yang merupakan contoh kata ulang berimbuhan yaitu, ....
A. Perumahan-perumahan, rumah-rumah, mobil-mobilan
B. Mobil-mobilan, sayur-mayur, buah-buahan
C. Berkejar-kerjaran, surat-menyurat, masak-memasak
D. Berpandang-pandangan, biri-biri, berlari-lari

7. Sejak tadi, kedua orang itu berpandang-pandangan penuh kebencian.
Makna kata ulang pada kalimat di atas adalah….
A. jamak
B. tindakan yang dilakukan berulang-ulang
C. intensitas
D. resiprok

8. Rio memukul-mukul bantal meluapkan emosinya.
Kata ulang pada kalimat di atas bermakna ….
A. tindakan yang dilakukan berulang-ulang
B. resiprok
C. jamak
D. menyatakan himpunan

9. Adikku bermain kuda-kudaan di taman bermain.
Kata ulang pada kalimat di atas memiliki makna yang sama dengan kalimat di bawah ini, kecuali ...
A. Rumah-rumahan yang di jual di toko mainan itu sangat mahal.
B. Saya sangat senang bermain-main di taman ini.
C. Wajahnya kemerah-merahan saat ia dipuji oleh ibunya.
D. Tingkahnya kekanak-kanakkan padahal sudah kelas 7.

10. Penulisan kalimat langsung yang benar adalah …
A. Andi bertanya, ”Di mana kamu tinggal!”
B. Di mana kamu tinggal?”tanya Andi”
C. ”Di mana kamu tinggal?” tanya Andi.
D. ”Di mana kamu tinggal?”, tanya Andi

11. Tante Ros berkata,”Ayahmu baru saja berangkat ke kantor.”
Kalimat di atas jika diubah menjadi kalimat tidak langsung akan menjadi …
A. Tante Ros mengatakan jika Ayahku baru saja berangkat ke kantor.
B. Tante Ros berkata bahwa Ayahmu baru saja berangkat ke kantor.
C. Tante Ros mengatakan kalau Ayahku baru saja berangkat ke kantor.
D. Tante Ros mengatakan bahwa Ayahku  baru saja berangkat ke kantor.

12. Diana mengatakan bahwa dia ingin sekali menjadi pengusaha yang dermawan.
Kalimat di atas jika diubah menjadi kalimat langsung akan menjadi ...
A. Diana berkata,”Aku ingin sekali menjadi pengusaha yang dermawan.”
B. Diana berkata,”Dia ingin sekali menjadi pengusaha yang dermawan.”
C. Diana berkata,”Bahwa dia ingin sekali menjadi pengusaha yang dermawan.”
D. Diana berkata,”Aku ingin sekali menjadi pengusaha yang dermawan!”

13. Di bawah ini adalah ciri kalimat langsung, kecuali ....
A. Menggunakan tanda petik
B. Seluruhnya berupa kalimat berita
C. Dapat berupa kalimat tanya
D. Dapat berupa kalimat perintah atau seruan

14. Kalimat yang sudah sesuai dengan aturan penulisan kalimat langsung adalah …
A. Rina bertanya, “mengapa tidak kau berikan uangmu pada pengemis itu?”
B. “hormati gurumu dan sayangi temanmu,” perintah ibu.
C. “Jadilah anak yang bermanfaat untuk sesamamu, anakku!”, kata ibu.
D. doni berkata, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat untuk sesamanya.”

15.  Kalimat tidak langsung selalu berupa kalimat ….
A. perintah
B. aktif
C. pasif
D. berita

II. Uraian
Buatlah dua kalimat dengan menggunakan kata ulang,
16. dwilingga
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
17. dwipurwa
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
18. berimbuhan
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________


19. berubah bunyi
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
20. semu
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
21. bermakna jamak/banyak
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
22. bermakna saling/resiprok
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
23. bermakna kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
24. bermakna intensitas/sangat
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
25. bermakna himpunan/jumlah!
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
26. Buatlah dua kalimat langsung!
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
27. Buatlah dua kalimat tidak langsung!
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
28. Ubahlah kalimat berikut menjadi kalimat tidak langsung!
a. Bu guru berkata, “Makan dan minumlah dengan duduk!”
_________________________________________________________________________
b. “Anna berprestasi karena dia rajin berlatih,” kata orang tua Anna.
_________________________________________________________________________
29. Ubahlah kalimat berikut menjadi kalimat langsung!
a. Dokter menanyakan apakah aku susah tidur selama ini.
_________________________________________________________________________
b. Mama mengatakan bahwa aku harus segera meminta maaf jika melakukan kesalahan.
_________________________________________________________________________
30. Gunakan tanda baca dan huruf kapital yang tepat pada kalimat langsung di bawah ini!
a. ria berkata aku akan mengembalikan bukumu besok pagi
_________________________________________________________________________
b. siti bertanya pada ku bagaimana kabar ibumu
_________________________________________________________________________

Kalimat Inti dan Inti Kalimat                Kalimat inti dan inti kalimat terdengar hampir sama. Namun, tahukah kamu bahwa keduanya memilik...